Diberdayakan oleh Blogger.

Latest Post

Hargai Perbedaan, Umat Rindu Persatuan

Written By Kartun Nol Tujuh on Kamis, 19 Juli 2012 | 20.12

Hidayatullah.comPerbedaan dalam penetapan 1 Ramadhan 1433 H yang kembali terjadi tahun 2012 ini disikapi sama oleh umat Islam, yaitu perlunya saling menghargai keputusan tiap-tiap kelompok.

Setidaknya hal itu tercermin dari sikap ormas-ormas Islam pada Sidang Itsbat Awal Ramadhan 1433 H yang digelar Pemerintah Republik Indonesia di Auditorium KH. M. Rasjidi Kementerian Agama (Kemenag) RI, Jakarta, Kamis (19/07/2012) malam.“Kami menghargai perbedaan yang ada,” tegas anggota Falaqiyah Front Pembel Islam (FPI) Muchsin Alatas dalam Sidang Itsbat.

Ormas An-Najah satu sikap dengan FPI,  tetap menghormati perbedaan tersebut.FPI dan An-Najah memiliki sikap berbeda dari hasil sidang tersebut. Kedua ormas itu memulai puasa pada Jumat (20/07/2012) ini. Namun mayoritas ormas Islam, termasuk Nahdlatul Ulama (NU) bersama Al Irsyad, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII), Ikatan Dai’ Indonesia (IKADI), Wahdah Islamiyah, Syarikat Islam, Persatuan Umat Islam (PUI), PP Persatuan Tarbiyah Islamiyah dan beberapa ormas Islam lain yang setuju dengan hasil sidang itsbat dengan memulai Ramadhan hari Sabtu. Menurut KH A Ghazalie dari Lajnah Falaqiyah NU, masing-masing cara yang digunakan untuk penentuan awal Ramadhan pada hakikatnya tidak jauh berbeda.

“Semua metode punya kesamaan,” ujar KH A Ghazalie. Pernyataan NU itu dikuatkan Thomas Jamaludin dari LAPAN.
Tidak ada perbedaannya hisab dan rukyat,” tegas Thomas, sembari juga meminta pada semua kalangan agar tetap bersatu.Pimpinan Pusat  Persatuan Tarbiyah Islamiyah menilai, perbedaan yang ada merupakan rahmat.
Setali tiga uang, Al-Maji'atul Al-Washliyah menghimbau agar tetap saling menghormati dan menjaga persatuan.

Rindu Persatuan
Meski saling menghargai perbedaan, ormas-ormas Islam yang hadir pada sidang tersebut juga berharap adanya persatuan umat Islam khususnya di Indonesia. Wahdah Islamiyah melalui Ketua Umum-nya Ustadz Muhammad Zaitun mengatakan, persatuan umat Islam amat penting demi menghindari perbedaan. “Perbedaan ini karena kita belum mampu menemukan penyatuan,” ujarnya. Belum tercapainya persatuan umat Islam saat ini, menurutnya, jangan sampai berlarut-larut. “Tidak boleh kita terus berbeda,” imbuhnya lagi, seraya berharap harus ada upaya dari semua pihak untuk penyatuan umat. Bagi IKADI, perlunya kesatuan sikap dalam penetapan awal Ramadhan karena amalan tersebut merupakan ibadah jama’iyyah (bersama-sama).

Dewan dakwah Indonesia juga dengan tegas mendukung penuh tercapainya persatuan umat kelak. ''Persatuan lebih kami pentingkan daripada perbedaan,'' tegas salah satu wakil DDI. Para wakil ormas Islam pada sidang tersebut sama-sama merindukan lahirnya persatuan di negeri ini. Mereka juga berharap agar pemerintah bisa menjadi pemersatu semua kalangan. Utusan DPP Perhimpunan al-Irsyad berharap Kemenag selalu berusaha dan tidak jemu untuk mempersatukan umat. Sebagaimana diketahui, sidang yang diikuti 17 perwakilan ormas Islam dan sejumlah lembaga terkait tersebut memutuskan 1 Ramadhan 1433 H jatuh pada Sabtu, 21 Juli 2012. Muhammadiyah tidak hadir dalam sidang tersebut. Ormas ini telah memutuskan puasa dimulai pada Jumat ini sebelum sidang itu digelar.*
 
Rep: Muh. Abdus Syakur
Red: Cholis Akbar

PENETAPAN 1 RAMADHAN: Pilih 20 Juli atau 21 Juli? Muhammadiyah atau pemerintah?

Written By Kartun Nol Tujuh on Rabu, 18 Juli 2012 | 22.18

JAKARTA: Meski pun pemerintah baru akan menggelar sidang isbat nanti malam, namun sejumlah organisasi sudah memprediksikan dan menetapkan awal Ramadhan.

Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa atau tanggal 1 Ramadhan mulai 20 Juli 2012, sedangkan Nahdlatul Ulama sudah memprediksikan awal puasa pada 21 Juli mengingat hilal masih terlihat kurang dari 2 derajat.

Dalam Tanwir Muhammadiyah di Bandung lalu, Muhammadiyah telah mengeluarkan Maklumat dengan nomor : 01/MLM/I.0/E/2012 tentang penetapan Ramadhan, Syawwal, dan Dzulhijjah 1433 Hijriyah, serta himbauan menyambut Ramadhan 1433H.

Dengan Maklumat yang ditandatangani ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, dan juga sekretaris umum PP Muhammadiyah Agung Danarto, Muhammadiyah secara resmi telah menetapkan awal puasa, Idul Fitri, dan juga Idul Adha 1433 Hijriyah.

Adapun, Nahdlatul Ulama memperkirakan awal Ramadhan atau awal puasa tahun ini jatuh pada Sabtu 21 Juli. Prediksi bahwa 1 Ramadhan 1433 Hijriah jatuh pada Sabtu 21 Juli 2012 itu, juga tertuang dalam Almanak PBNU yang diterbitkan oleh Lajnah Falakiyah.

Kementerian Agama akan melaksanakan sidang Isbat nanti malam (19/7/2012) untuk menentukan 1 Ramadhan 1433 H. Sejumlah organisasi Islam, kecuali Muhammadiyah, akan mengikuti sidang tersebut, diantaranya Nahdlatul Ulama, PP Persatuan Islam (Persis), Dewan Syariah Partai Keadilan Sejahtera, dan jamaah lainnya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia Amidhan mengungkapkan masyarakat seharusnya tak perlu bingung dalam menentukan 1 Ramadhan dan diserahkan saja ke pemerintah.

"Kami berpatokan pada penglihatan hilal. Dan hilal yang terlihat harus tidak boleh kurang dari 2 derajat. Apabila hilal terhalang awan maka dianggap hilal belum terlihat," ujarnya dalam wawancara sebuah stasiun televisi pagi ini.

Pemerintah sendiri diprediksikan akan mengikuti prediksi NU, yaitu 21 Juli mengingat patokan dalam sidang isbat adalah bulan sudah terlihat 2 derajat atau lebih.(api)

sumber: 
http://www.bisnis.com/articles/penetapan-1-ramadhan-pilih-20-juli-atau-21-juli-muhammadiyah-atau-pemerintah

SEJARAH SINGKAT, FORUM KOMUNIKASI ANAK BETAWI (FORKABI)

1 Januari 2001, era otonomi daerah mulai diberlakukan secara serentak oleh pemerintah setelah sebelumnya mensahkan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Keduanya merupakan paket perundangan yang mengatur tentang desentralisasi struktur pemerintahan di Republik Indonesia menyusul era reformasi yang dipelopori mahasiswa sejak tahun 1998. Sebagaimana tercatat dalam sejarah reformasi mulai melingkupi kehidupan sosial-politik-ekonomi Indonesia menyusul tumbangnya rezim Orde Baru yang di akhiri oleh suatu krisis multidimensional. Sejak itu pula, gerakan Kaum Betawi yang merupakan masyarakat inti Ibukota Jakarta ini mulai menguat. Setelah di tahun ini, melalui kekuatan moral warga asli ibukota Jakarta ini terbukti efektif “menyelamatkan” Jakarta dari anarkhisme sosial menyusul gelombang serbuan pasukan berani mati pro Gus Dur ke ibukota, menjelang jatuhnya pemerintah pusat akibat impeachment parlemen terhadap presiden saat itu. Secara spontan Kaum Betawi menjadi tameng hidup guna mencegah kemungkinan aksi brutal masyarakat luar Jakarta yang militant tersebut. Dengan himbauan-himbauan yang bersifat persuasif hingga keras. Upaya Kaum Betawi tersebut setidaknya mencegah bentuk chaos berdarah di ibukota. Sejak itulah wacana Betawi muncul dan menguat serta menasional.

Wacana tersebut di atas, semakin menguat dan terwujud menyusul terjadinya konflik antar etnis, yakni Betawi dengan Madura di daerah Kebayoran Lama. Peristiwa ini menyebabkan meniggalnya seorang pemuda Betawi setempat, Iwan, secara mengenaskan. Akibatnya, muncul reaksi yang keras dari sekelompok pemuda Betawi yang mengamuk dan menyapu bersih pemukiman orang Madura di sekitar Pasar Kebayoran Lama. Keadaan pun mulai mencekam. Aksi ini nyaris meluas jika tokoh-tokoh masyarakat Betawi bekerja sama dengan aparat keamanan tidak segera turun tangan. Sebelumnya, aksi kekerasan yang berbau sentimen etnis ini juga muncul di Bongkaran, Tanah Abang dan beberapa tempat di Jakarta Timur.

Sehari setelah peristiwa Kampung Mangga tersebut, Bamus Betawi yang dipimpin oleh dr. H. Abdul Syukur membentuk tim yang terdiri dari beberapa tokoh Betawi seperti Almarhum H. Abdul Khair, H. Irwan Syafi’ie, H. Husain Sani, dan H. Asmuni Muchtar untuk menyelesaikan masalah tersebut bersama dengan tokoh masyarakat Madura dan unsur pemerintah serta aparat keamanan, yang pada akhirnya peristiwa tersebut dapat diselesaikan secara damai dan para pelaku pembunuhan Iwan ditangkap dan menjalani proses hukum. Pertemuan antar tokoh tersebut menerbitkan kesadaran bahwa ada segelintir pihak yang senag meniupkan isu atau sentiment etnis untuk kepentingan kelompok kecil dan membuat rusuh stabilitas Ibukota Negara DKI Jakarta.

Pasca konflik Kebayoran Lama, H. Husain Sani bertemu dengan Syarif Hidayatullah, S.Ip, dalam kapasitas sama-sama sebagai deklarator Partai Amanat Nasional, baik tingkat Nasional, maupun deklarator PAN DKI Jakarta, mendampingi H. Amien Rais, pada acara dengar pendapat yang dipimpin oleh Abu Hasan Sadzili, Ketua Komisi I di DPR RI. Acara tersebut membahas tentang mengantisipasi situasi politik di Jakarta menjelang reformasi.

Pada kesempatan itu, H. Husain Sani mengajak Syarif Hidayatullah untuk mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh Betawi guna membahas masa depan Kaum Betawi menghadapi reformasi.
Selanjutnya, diadakanlah pertemuan yang difasilitasi oleh H. Abdul Syakur, Ketua Umum Bamus Betawi pada saat itu, yang dihadiri oleh tokoh-tokoh Kaum Betawi diantaranya :
1. Marsekal TNI Sugiri, mantan komandan lapangan udara Halim
2. H. Abdul Azis (almarhum)
3. H. Abdul Khair (almarhum)
4. H. Nuri Taher
5. Kolonel H. Asmuni Muchtar
6. Syarif Hidayatullah, S. Ip
7. H. Sayadih Gedang, dan
8. KH. Ismail
Pertemuan tersebut terjadi di ruang pertemuan Hercules Golf Eksekutif Club Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur. Pertemuan tersebut membahas tentang keinginan dan harapan Kaum Betawi untuk lebih responsif dalam menghadapi situasi DKI Jakarta yang tidak dapat lagi di respon oleh Bamus Betawi. Pada pertemuan itu disimpulkan bahwa arus reformasi sudah sedemikian kuat, dan sebagai lokomotif reformasi H. Amien Rais bersedia untuk menjembatani dan mendudukkan Putera Betawi sebagai Kepala Daerah Provinsi DKI Jakarta.

Selanjutnya, H. Husain Sani dan Syarif Hidayatullah melakukan road show ke beberapa tokoh Kaum Betawi, termasuk ke kediaman H. Abdul Khair di Kebayoran Lama. Kemudian, digelarlah sebuah acara di rumah H. Abdul Khair yang menghadirkan H. Amien Rais. Pada acara tersebut H. Amien Rais menyepakati dan menandatangani perjanjian dengan tokoh Betawi, yang berisi diantaranya apabila H. Amien Rais terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia, maka Putera Betawi menjadi Kepala Daerah Provinsi DKI Jakarta, dan sebagai balasannya para tokoh Kaum Betawi sepakat bergabung ke dalam Partai Amanat Nasional, diantaranya :
1. H. Husain Sani
2. H. Eddie Nalapraya
3. H. Nuri Taher
4. H. Abdul Khair
5. H. Rusdi Saleh
6. H. Irwan Syafi’i
7. H. Salman Muchtar
8. Syarif Hidayatullah, S.Ip, dan
9. H. Sabri Saiman, tokoh Betawi kelahiran Medan
Selanjutnya, diformulasikan kembali pertemuan di rumah H. Salman Muchtar di Tebet Timur dengan agenda membentuk organisasi masyarakat Betawi yang dihadiri oleh H. Nuri Taher, H. Husain Sani, Syarif Hidayatullah, Kolonel H. Asmuni Muchtar, H. Sabri Saiman, dan H. Salman Muchtar sendiri sebagai tuan rumah. Pada pertemuan ini disimpulkan untuk mengadakan pertemuan lanjutan di villa H. Husain Sani Mega Mendung Jawa Barat.

Pertemuan Mega Mendung Bogor Jawa Barat yang diadakan pada tanggal 18 April 2001, dan dihadiri oleh :
1. H. Husain Sani
2. Letjen (Purn) H.M. Sanif
3. H. Abdul Khair (almarhum)
4. H. Syah Manaf
5. H. Salman Mochtar
6. Drs. H. Nukman Muhasyim
7. H. Komarudin Darip
8. Kolonel Polisi H. Asmuni Mochtar
9. H. Irwan Syafi’ie
10. H. Sofyan
11. Syarif Hidayatullah, S. Ip
12. Mohammad Ihsan, SH
Pertemuan Mega Mendung ini menghasilkan keputusan, sebagai berikut :
1. Pembentukan FORKABI.
2. Membentuk Tim Perumusan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang beranggotakan Kolonel H. Asmuni Muchtar, Syarif Hidayatullah, S.Ip, H. Herman Sani, BBM, dan Mohammad Ihsan, SH.
Kata FORKABI diusulkan pertama kali oleh H. Salman Muchtar, terdiri dari 2 kata, FOR berarti untuk, dan KABI berarti pukulan. Resmilah pemakaian kata FORKABI pada organisasi yang baru lahir ini yang merupakan kependekan dari Forum Komunikasi Anak Betawi.
FORKABI pun lahir dan menjelma menjadi sebuah organisasi Kaum Betawi yang bergerak pada multi bidang yang menyangkut kepentingan Kaum Betawi sebagai bagian dari pluralism DKI Jakarta. Selanjutnya FORKABI bergabung ke dalam Bamus Betawi. Sedikit perbedaan dengan ormas kebetawian lainnya, FORKABI lebih memantapkan diri sebagai organisasi yang berbasis kepada massa.
Setelah beberapa bulan melakukan konsolidasi serta mengembangkan jaringan ke segenap pelosok ibukota, bahkan sampai ke daerah-daerah penyangga, Bogor, Tangerang, dan Bekasi, FORKABI menampilkan sosok dirinya secara terbuka dalam acara halal bi halal dan silaturrahmi masyarakat Betawi di Istora Senayan pada akhir tahun 2001. Saat itu hampir 15.000 an Kaum Betawi memadati Istora Senayan. Potensi ini kemudian dijadikan momentum konsolidasi pembentukan struktur organisasi yang lebih rapi.

Musyawarah Besar I FORKABI

Pada tanggal 21 – 22 Juni 2002 digelarlah Rapat Kerja I FORKABI di Hotel Graha Dinar Cipayung Jawa Barat, yang kemudian pada oleh Peserta Raker tersebut dirubah menjadi Musyawarah Besar I FORKABI. Mubes I tersebut memutuskan :
1. Mengesahkan AD/ART
2. Mengukuhkan duet pasangan H. Husain Sani sebagai Ketua Umum, Drs. H. Nukman Muhasyim sebagai Sekretaris Jendral dan H. Mamat S. Nain sebagai Bendahara Umum
3. Memberikan mandat kepada Syarif Hidayatullah, S.Ip untuk menyatukan Lambang yang berbeda dari 5 wilayah kotamadya, sehingga menjadi Lambang yang ada sekarang ini.

Sekretariat FORKABI pada waktu itu bertempat di Jl. Danau Lait No. 6 Pejompongan Jakarta Pusat.
Menyusul setelah itu pembentukan dan pengaktifan struktur kepengurusan FORKABI pada tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Kelurahan, bahkan sampai pada tingkat Rukun Tetangga.
Berdirinya FORKABI secara langsung maupun tidak langsung menjadi penyebab timbulnya kesadaran Kaum Betawi akan potensi yang dimiliki. Bukan hanya kebanggaan etnis saja yang muncul, akan tetapi harapan-harapan menjadi tuan di kampung sendiri semakin menguat, dan diupayakan untuk meraih dengan segenap kekuatan yang dimiliki.

FORKABI menjadi wahana mengekspresikan diri, meningkatkan persaudaraan dan kekompakan dan menjadi mitra yang baik bagi semua pihak. Eksistensi FORKABI sebagai organisasi berbasis etnis Betawi telah ditunjukkan dalam beberapa peristiwa menumental, sebagai berikut :
1. Acara halal bi halal masyarakat Betawi di Istora Senayan tanggal 26 Desember 2001.
2. Aksi ribuan massa mendukung pencalonan Gubernur DKI Jakarta dari Putera Daerah di depan kantor DPRD DKI Jakarta, 11 September 2001.
3. Partisipasi aktif pemuda kader FORKABI dalam suksesi Musyawarah Besar Bamus Betawi pada tanggal 6 September 2003 yang menghantarkan Dr. Ing. H. Fauzi Bowo sebagai Ketua Umum Bamus Betawi.
4. Aksi kampanye pencalonan Calon Anggota Legislatif dan Calon Anggota DPD DKI Jakarta menjelang Pemilu 2004.
5. Aksi-aksi sosial lainnya yang dilakukan diberbagai tempat oleh setiap jenjang kepemimpinan FORKABI di wilayah masing-masing.
Aktivitas-aktivitas tersebut menyebabkan timbulnya pengakuan terhadap eksistensi FORKABI, mulai dari masyarakat etnis lain, pemerintah, pengusaha, professional, sampai aparatur keamanan. Sehingga tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa FORKABI adalah organisasi masyarakat etnis Betawi yang modern, dan memenuhi standar kriteria organisasi.

Musyawarah Besar II FORKABI

Pada tanggal 23 – 25 September 2005 digelarlah Musyawarah Besar II FORKABI bertempat di Cimacan Cianjur Jawa Barat yang menghasilkan :
1. Mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hasil Mubes II.
2. Menetapkan H. Husain Sani sebagai Ketua Umum periode 2005 – 2010 yang dimandatkan untuk menyusun personil kepengurusan DPP FORKABI.
3. Menetapkan Mayjen TNI (Purn) H. Nachawi Ramli, SE sebagai Ketua Dewan Penasehat DPP FORKABI.

Musyawarah Besar III FORKABI

Dilaksanakan pada tanggal 1 – 3 Oktober 2010 bertempat di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur Jakarta Timur, yang menghasilkan :
1. Mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hasil Mubes III.
2. Menetapkan Drs. H. Murdhani, MH sebagai Ketua Umum periode 2010 – 2015 yang dimandatkan untuk menyusun personil kepengurusan DPP FORKABI.
3. Menetapkan Mayjen TNI (Purn) H. Nachawi Ramli, SE sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Tinggi DPP FORKABI periode 2010 – 2015.

Puasa layanan kesehatan di DKI tetap normal

Kebutuhan warga akan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan profesional, membuat Pemprov DKI tetap menyiagakan pelayanan kesehatan tidak hanya saat hari biasa, tetapi juga dilakukan saat Ramadhan dengan membuka rumah sakit dan puskesmas kecamatan selama 24 jam.

Sedangkan untuk puskesmas kelurahan, saat Ramadhan akan beroperasi sesuai dengan jam kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemprov DKI Jakarta.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Dien Emawati mengatakan, selama Ramadhan pelayanan kesehatan tidak ada yang berubah. Warga Jakarta yang membutuhkan layanan kesehatan akan dilayani, baik di puskesmas maupun rumah sakit. "Meski memasuki bulan Ramadhan pelayanan kesehatan tetap berjalan seperti biasa tidak ada perubahan," kata Dien, Sabtu (14/7).

Ia meminta masyarakat tidak perlu khawatir, karena sebanyak 296 puskesmas tingkat kelurahan, 44 puskesmas di tingkat kecamatan, dan 6 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang ada di Jakarta tetap siaga. "Untuk IGD juga tetap melayani 24 jam," ujarnya.

Namun saat Hari Raya Idul Fitri nanti yang diperkirakan jatuh pada tanggal 19-20 Agustus, pelayanan kesehatan di puskesmas kelurahan akan libur selama dua hari. Sedangkan pelayanan di puskesmas kecamatan dan rumah sakit tetap berlangsung. Untuk tenaga medis, tentunya akan disesuaikan dengan keadaan.

Diungkapkan Dien, selama puasa, jam kerja PNS di lingkungan Pemprov DKI Jakarta dimulai pukul 08.00-15.00 untuk hari Senin hingga Kamis. Sedangkan hari Jumat, dimulai pukul 08.00-15.30. “Jadi, masyarakat tidak perlu khawatir mengenai pelayanan kesehatan. Kami akan tetap melayani warga yang membutuhkan,” tegasnya.

Selama Ramadhan, bagi pegawai yang kedapatan mangkir kerja, terlambat masuk kantor, atau kinerjanya menurun akan dikenakan sanksi. Sanksi yang diberikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS dan Peraturan Gubernur (Pergub) DKI No 38 tahun 2011 tentang Tunjangan Kinerja Daerah (TKD).

Dalam PP No 53 tahun 2010, juga terdapat konsekuensi bagi PNS yang terlambat datang ke kantor, pulang lebih cepat dan tidak hadir, akan dihitung secara kumulatif selama satu tahun. Jika dalam satu tahun, jumlah kumulatifnya mencapai 46 hari terlambat, pulang cepat dan tidak hadir, dapat berakibat pada pemecatan sebagai PNS.

Kemudian berdasarkan Pergub DKI No 38 tahun 2011, PNS yang tidak masuk, terlambat datang dan pulang cepat, akan dipotong TKD-nya secara otomatis. Dengan ketentuan, TKD akan dipotong 5 persen jika tidak hadir dan izin sebanyak 2 persen.
Reporter: erna
Sumber: beritajakarta.com

Roti Buaya, Simbol Kesetiaan

Written By Kartun Nol Tujuh on Minggu, 15 Juli 2012 | 01.31

JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap acara pernikahan yang mengusung adat Betawi, pasti tak pernah meninggalkan roti buaya. Biasanya roti yang memiliki panjang sekitar 50 sentimeter ini dibawa oleh mempelai pengantin laki-laki pada acara serah-serahan.
Selain roti buaya, mempelai pengantin laki-laki juga memberikan uang mahar, perhiasan, kain, baju kebaya, selop, alat kecantikan, serta beberapa peralatan rumah tangga.

Dari sejumlah barang yang diserahkan tersebut, roti buaya menempati posisi terpenting. Bahkan, bisa dibilang hukumnya wajib. Sebab, roti ini memiliki makna tersendiri bagi warga Betawi, yakni sebagai ungkapan kesetiaan pasangan yang menikah untuk sehidup-semati.
Asal muasal adanya roti buaya ini, konon terinspirasi perilaku buaya yang hanya kawin sekali sepanjang hidupnya. Dan masyarakat Betawi meyakini hal itu secara turun temurun.

Selain terinspirasi perilaku buaya, simbol kesetiaan yang diwujudkan dalam sebuah makan an berbentuk roti itu juga memiliki makna khusus. Menurut keyakinan masyarakat Betawi, roti juga menjadi simbol kemampanan ekonomi. Dengan maksud, selain bisa saling setia, pasangan yang menikah juga memiliki masa depan yang lebih baik dan bisa hidup mapan.

Karenanya, tak heran jika setiap kali prosesi pernikahan, mempelai laki-laki selalu membawa sepasang roti buaya berukuran besar, dan satu roti buaya berukuran kecil yang diletakkan di atas roti buaya yang disimbolkan sebagai buaya perempuan. Ini mencerminkan kesetian mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan sampai beranak-cucu. Tradisi ini masih berlangsung sampai sekarang.

Menurut Haji Ilyas, salah satu tokoh Betawi di Tanahtinggi, Jakarta Pusat, meski saat ini banyak warga Betawi yang merayakan pernikahan secara modern, tapi mereka masih memakai roti buaya sebagai simbol kesetiaan. Karena roti buaya sudah membudaya bagi warga Betawi.
"Adat kite ntu kagak ilang. Masih banyak nyang pake. Kite ambil contoh di kawasan Condet, Palmerah sampe ke Bekasi, malahan sampe Tangerang," lanjut pria yang sering disapa Haji ini.

Sayangnya, saat ini roti buaya tidak mudah dijumpai di toko-toko roti. Untuk itu, bagi pasangan yang akan menikah harus pesan dulu ke tukang roti. Dan harganya juga bervariasi tergantung ukuran yang dipesan, yakni mulai dari 50 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Itu sudah termasuk rasa roti, keranjang, dan asesoris pelengkapnya. "Roti buaya adalah kue perayaan, jadi nggak setiap hari ada. Kalau mau beli harus pesan dulu," kata Ari, salah satu pedagang kue di Pasar Senen.

Sejatinya, bagi warga yang sudah terbisa membuat roti, tidak terlalu sulit membuat roti buaya ini. Sebab, bahan dasarnya sangat sederhana, yakni terigu, gula pasir, margarine, garam, ragi, susu bubuk, telur dan bahan pewarna. Keseluruhan bahan tersebut dicampur dan diaduk hingga rata dan halus, kemudian dibentuk menyerupai buaya. Setelah bentuk kemudian dioven/panggang hingga matang.

Soto Betawi

Written By Kartun Nol Tujuh on Sabtu, 14 Juli 2012 | 01.37

Bikin soto ah. Soto Betawi saja ya. Kuahnya banyak yang pakai santan, Tapi kali ini gunakan campuran susu sapi di dalamnya. Hm, rasanya jadi luar biasa gurih dan mewah.

BAHAN:
500 gr daging sapi, bagian sengkel, rebus hingga empuk, sisakan kaldunya 1 lt
500 gr kikil sapi, rebus hingga empuk
1 lt susu
1 lt santan
3 cm kayu manis
3 lbr daun salam
5 lbr daun jeruk
2 sdm mentega/margarin

BUMBU dihaluskan:
1 sdt ketumbar, sangrai
1 sdt jinten, sangrai
2 sdt merica
10 btr kemiri
1 btr biji pala
15 siung bawang merah
10 siung bawang putih
3 cm jahe
2 cm lengkuas
2 sdt garam

PELENGKAP:
3 bh kentang, rebus, kupas kulitnya, goring, iris serasi
3 buah tomat, iris serasi
2 btg daun bawang, iris melintang tipis
2 bh jeruk limau
bawang goreng
emping goreng

CARA MEMBUAT:
  • Tumis semua bumbu halus dengan mentega/margarin hingga harum, sisihkan.
  • Daging dan kikil sapi potong-potong dadu, sisihkan.
  • Rebus jadi satu susu, santan dan kaldu sapi, biarkan mendidih.
  • Masukkan bumbu tumis, kayu manis, daun salam, dan daun jeruk, didihkan kembali.
  • Penyelesaian: Siapkan mangkok, beri irisan kentang, daging, dan tomat, tuangi kuah soto.
  • Tambahkan taburan daun bawang, bawang goreng, dan emping. Sajikan panas, temani dengan sambal bawang.
TIPS & TRIK:
  • Kalau tidak suka susu, ganti dengan santan kental dengan jumlah yang sama.

Palang Pintu, Pelengkap Pernikahan ala Betawi

Adu silat adalah salah satu adegan yang selalu muncul pada kesenian Palang Pintu Perkawinan. Pernikahan sendiri merupakan salah satu perjalanan manusia yang dianggap sakral bagi masyarakat Betawi. Saking sakralnya, maka ada beberapa prosesi yang harus dilalui oleh kedua mempelai menjelang pernikahannya dan salah satunya adalah Palang Pintu.

Upacara pernikahan diawali dengan arak-arakkan calon pengantin pria menuju ke rumah calon istrinya. Dalam arak-arakan itu, selain iringan rebana ketimpring juga diikuti barisan sejumlah kerabat yang membawa sejumlah seserahan mulai dari roti buaya yang melambangkan kesetiaan abadi, sayur-mayur, uang, jajanan khas Betawi, dan pakaian. Selain itu, perlengkapan kamar pengantin yang berat seperti tempat tidur serta lemari juga dibawa dalam prosesi arak-arakkan.

Tradisi Palang Pintu ini merupakan pelengkap saat pengantin pria yang disebut "tuan raja mude" hendak memasuki rumah pengantin wanita atawa "tuan putri". Nah, saat hendak masuk kediaman pengantin putri itulah, pihak pengantin wanita akan menghadang.

Awalnya, terjadi dialog yang sopan. Masing-masing saling bertukar salam, masing-masing saling mendoakan. Sampai akhirnya pelan-pelan situasi memanas lantaran pihak pengantin perempun ingin menguji kesaktian dan juga kepandaian pihak pengantin laki-laki dalam berilmu silat dan mengaji.

Baku hantam pun terjadi. Sudah pasti, akhirnya pihak lelakilah yang menang. (He he he... kalau pihak lelaki tak menang, tentu gak akan terjadi pernikahan bukan?).Usai memenangi pertarungan, pengantin perempuan pun biasanya meminta pihak lelaki untuk memamerkan kebolehannya dalam membaca Al Quran. Dan sudah pasti lagi, ujian ini pun mampu dilewatinya.

Berikut adalah drama satu babak ketika acara Palang Pintu berlangsung yang diwakili oleh pihak pengantin Perempuan (P) dan pihak pengantin Laki (L).

P: Eh, Bang-bang berenti, bang budeg ape luh. Eh, bang nih ape maksudnye nih, selong-selonong di kampung orang. Emangnye lu kagak tahu kalo nih kampung ade yang punye?...

P: Eh. Bang, rumah gedongan rumah belande, pagarnya kawat tiangnya besi, gue kaga mao tau nih rombongan datengnye dari mane mau kemane, tapi lewat kampung gue kudu permisi.

L: Oh. jadi lewat kampung sini kudu permisi, bang

P: Iye emangnye lu kate nih tegalan

L: Maafin aye bang, kalo kedatangan aye ama rombongan kage berkenan di ati sudare-sudare. Sebelomnye aye pengen ucapin dulu nih Bang. Assalamu'alaikum
P: Alaikum salam.

L: Begini bang. Makan sekuteng di Pasar Jum'at, mampir dulu di Kramat Jati, aye dateng ama rombongan dengan segala hormat, mohon diterime dengan senang hati

P: Oh, jadi lu uda niat dateng kemari. Eh Bang, kalo makan buah kenari, jangan ditelen biji-bijinye. Kalo ku udeh niat dateng kemari. Gue pengen tahu ape hajatnye?...

L: Oh. jadi Abang pengen tahu ape hajatnye. Emang Abang kage dikasih tau ame tuan rumehnye. Bang, ade siang ade malam, ade bulan ade matahari, kalo bukan lantaran perawan yang di dalam, kaga bakalan nih laki gue anterin ke mari.

P: Oh. jadi lantaran perawan Abang kemari?...Eh. Bang, kage salah Abang beli lemari, tapi sayang kage ade kuncinye, kage salah abang datang kemari, tapi sayang tuh, perawan ude ade yang punye

L: Oh.jadi tuh perawan ude ade yang punye.  Eh Bang crukcuk kuburan cine, kuburan Islam aye nyang ngajiin, biar kate tuh perawan udeh ade yang punye, tetep aje nih laki bakal jadiin

P: .Jadi elu kaga ngerti pengen jadiin. Eh Bang kalo jalan lewat Kemayoran, ati-ati jalannye licin, dari pada niat lu kage kesampaian, lu pilih mati ape lu batalin

L: Oh. Jadi abang bekeras nih. Eh Bang ibarat baju udah kepalang basah, masak nasi udah jadi bubur, biar kate aye mati berkalang tanah, setapak kage nantinye aye bakal mundur

P: Oh. jadi lu sangke kage mau mundur, ikan belut mati di tusuk, dalam kuali kudu masaknye, eh. Nih palang pintu kage ijinin lu masuk, sebelum lu penuin persaratannye

L: Oh. Jadi kalo mao dapet perawan sini ade saratnye, Bang.?

P : Ade, jadi pelayan aje ada saratnye, apa lagi perawan.

L: Kalo begitu, sebutin saratnye. Bang.

P: Lu pengen tau ape saratnye. Kude lumping dari tangerang, kedipin mate cari menantu, pasang kuping lu terang-terang, adepin dulu jago gue satu-persatu

L: Oh. jadi kalo mao dapet perawan sini saratnye bekelai Bang.

P: Iye. Kalo lu takut, lu pulang.

L: Bintang seawan-awan, aye itungin beribu satu, berape banyak Abang punya jagoan, aye bakal adepin satu-persatu.
Setelah adegan di atas, pemain palang pintu biasanya melanjutkan dengan kembangan. Berikut adalah petikannya.

L: Bang, lu tau dalemnye rawe, pasti lu tau kali semanan, kalo mau tau namenye jaware, nih lu liat gue punye maenan (jalanin jurusnye ). Nih ..baru kembangnye .. Bang. Ntar buahnye..

P: Kelape ijo ditusuk belati, naek perahu lurus jalannye, udeh banyak jago yang mati, nih jurus pukulannye, (jalanin jurusnye) kalo elu buahnye. nih bijinye..

Beradu jurus pun berakhir. Pihak pengantin lelaki keluar sebagai pemenang. Perbincangan pun dilanjutkan kembali.

L: Gimane Bang.rase-rasenye jagoan Abang udeh pade rontok semua nih. Ape aye ame rombongan udah boleh masuk?...Ape masih ade saratnye lagi Bang?...

P: Ntar dulu Bang, enak aje. Pan lu tau. Buah cereme jangan diasinin, makan nasinye di kandang kude, sarat pertame emang lu ude penuin. Tapi masih ade sarat yang kedue.

L: Sebutin udah bang jangan lame-lame

P: Tukang lakse dagangnye malam jalannya muter ke Pasar Kranji gue minta elu jangan cume bise berantem tapi gue pengen denger lu bise ngaji

L: Tumbuk ketan jadinye uli-ulinye juge kudui ditapeni betaun-taun anak kampung gue bisa ngaji lagu yang Abang minta aye bawain
(baca sikeh)

L : Gimane Bang. soal berantem aye udah ladenin, soal ngaji abang udah dengerin ape aye ame rombongan udah boleh masuk, ape masih ade saratnye lagi, Bang?...

P: Cukup-cukup dah Bang. Rase-rasenye kage sie-sie aye bebesanan ame Abang soal silat Abang jago.soal ngaji Abang bise. Aye Cuma bisa bilang.
buah mangga bukan sembarang mangga buahnye satu tulung petikin aye bangga bukan sembarang bangga mantu yang begini yang aye arep-arepin
ahlan wasahlan buat Abang ame rombongan. Assalamu, alaikum.

Tape Uli, Si Manis Dari Betawi

Written By Kartun Nol Tujuh on Kamis, 12 Juli 2012 | 01.50

Tape atau Uli dalam bahasa betawi adalah jenis penganan yang berasal dari singkong atau ubi yang dibuat dengan cara di fermentasi. Tape yang dibuat dari singkong biasanya disebut “tape singkong” atau “peuyeum”.  Sedangkan yang terbuat dari ketan disebut tape pulut atau tape ketan.

Dalam proses pembuatannya, tape memerlukan kecermatan dan tingkat kebersihan yang tinggi agar singkong menjadi lunak dan menjadi tape yang sempurna karena proses fermentasi yang baik. Ragi adalah bibit jamur yang biasanya digunakan dalam proses fermentasi saat pembuatan tape.  Agar saat pembuatan berhasil dengan baik maka saat pembuatan harus menggunakan peralatan yang bersih terutama bersih dari minyak dan lemak. Selain peralatan yang bersih air yang digunakan pun juga harus benar-benar bersih. Menggunakan air hujan untuk proses pembuatan juga akan menjadikan proses pembuatan menjadi gagal.

Biasanya selain dimakan langsung tape uli juga bisa dijadikan olahan lain atau ditambahkan pada makanan da minuman. Seperti tape pulut yang biasanya dijadikan tambahan untuk es cendol atau es campur atau bisa juga diolah menjadi wajik dan juga dodol. Sedangkan tape singkong biasanya diolah menjadi tape goreng, colenak atau sebagai tambahan minuman es dawet dan es doger
Biasanya selain dimasak langsung

Resep Masakan Asinan Betawi

Bahan membuat asinan betawi:
Bahan Saus:
  1. 1/2 sendok makan ebi, rendam air, tiriskan lalu haluskan
  2. 4      buah cabai merah, haluskan
  3. 1      sendok teh garam
  4. 4      sendok makan gula pasir
  5. 2      sendok makan cuka
  6. 150 ml air matang
Bahan asinan betawi:
  1. 200   gram tauge, bersihkan
  2. 150   gram kol, iris tipis
  3. 100   gram sawi asin, potong tipis
  4. 150  gram bengkoang, potong memanjang
  5. 3     buah mentimun, iris tipis
  6. 3     buah wortel, iris memanjang
  7. 1/2   buah nanas, potong dadu
  8. 2      buah tahu kuning, rebus dan potong dadu
  9. 100   gram gula merah, rebus dengan 100 ml air hingga kental
  10. kacang tanah goreng
  11. kerupuk mi
Cara membuat asinan betawi
  • Campur semua bahan saus, aduk hingga semua bahan larut
  • Masukan semua bahan asinan betawi
  • Diamkan hingga bumbu meresap
  • Hidangkan di piring
  • Beri kucuran gula merah dan taburan kacang goreng serta kerupuk mi yang telah diremukan

Dodol Betawi

Dodol ataupun jenang sering identik dengan makanan khas Betawi, Garut dan Purwokerto. Namun, dodol merupakan sejenis makanan yang dikategorikan dalam jenis makanan ringan dan manis. Cukup sulit, membuat dodol yang benar-benar menghasilkan kenikmatan yang berkualitas tinggi, proses pembuatan yang lama serta keahlian yang tinggi pula.

Sebagai Ibukota Negara RI, Jakarta memiliki oleh-oleh yang demikian itu, Dodol Betawi. Masyarakat Betawi sangat antusias dalam menanggapi persoalan makanan manis ini. Bahan dasar yang digunakan untuk membuat dodol terdiri dari santan kelapa, garam, gula pasir, tepung beras dan gula merah.

Condet, salah satu wilayah yang dijadikan sebagai pusat Cagar Budaya Betawi pada pemerintahan Gubernur Ali Sadikin sejak 1976, merupakan perwujudan makanan masyarakat Betawi yang bercirikhas seperti dodol. Peninggalan kebudayaan pada hal pangan ini, dapat anda jumpai pada Warung Dodol Bu Mamas di Jalan Batu Ampar I RT 13 RW 04 Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Selain itu, Jakarta menyimpan banyak lokasi dalam produksi pangan yang legit ini. Seorang wanita gigih di Jalan Kebagusan 3, Gg. Bakso, Ragunan, Jakarta Selatan, Nining yang merebah perjuangan bisnisnya sejak 1971 beserta suami, melanjutkan perjuangan neneknya yang hingga kini sudah meraih kesuksesan yang sangat gemilang. Berbagai gerai telah didirikan di wilayah nusantara, sedangkan Dodol Nining juga dijadikan sebagai oleh-oleh yang diimpor ke luar negeri.

Bagi anda pengunjung Jakarta dan penikmat dodol, tak perlu khawatir untuk membelinya di lokasi tersebut di atas, layak untuk direkomendasikan. Harganya pun relatif makanan ringan lainnya, berkisar antara Rp. 50.000,- hingga Rp. 100.000,- dalam ukuran setengah kuali yang berasa durian. Sedangkan bagi anda yang berminat membeli satu kuali, sekitar Rp 500.000. (id.wikipedia.org/rmb)

Sumber: mediaindonesia.com

Topeng Betawi

Teater rakyat Betawi adalah tontonan berlakon yang bersifat kerakyatan dan improvisatoris, diiringi oleh musik rakyat Betawi tertentu yang pernah tumbuh dan berkembang di wilayah budaya Betawi sedikitnya dalam dua generasi. Bentuk-bentuk kesenian yang tergolong dalam teater rakyat Betawi adalah : Lenong (Preman dan Denes, Jinong), Topeng Betawi (Jipeng, Blantek), Tonil Sambrah, dan Wayang Kulit Betawi. Di luar itu ada Shahibul Hikayat dan Gambang Rancang yang dapat digolongkan ke dalam teater bertutur. Kecuali itu juga ada Wayang Orang Betawi dan Cador (Penca Bodor) yang kemungkinan antara ada dan tiada.

Pertumbuhan bentuk teater rakyat Betawi, merupakan proses teatersasi dari musik rakyat Betawi tertentu, ditambah unsur tari. Karena dalam pertunjukan semalam suntuk lagu dan tari itu membosankan, lahir kreativitas baru berupa unsur humor tanpa kerangka plot cerita terencana. Proses teaterisasi selanjutnya adalah menambahkan beberapa banyolan pendek terdiri atas beberapa adegan dari lakon yang tak selesai. Dapat dianggap sebagai proses teaterisasi yang terakhir apabila dalam pertunjukan semalam suntuk kesenian itu hanya membawakan sebuah lakon panjang terdiri atas puluhan adegan dan merupakan lakon yang utuh dan selesai. Proses pertumbuhan semacam ini dialami oleh semua bentuk teater rakyat Betawi, kecuali Wayang Kulit Betawi yang langsung ke tahap akhir karena perkawinan dari musik gamelan ajeng dengan wayang kulit yang merupakan pengaruh beranting dari wilayah yang lebih timur.

Topeng Betawi
Topeng dalam bahasa Betawi mempunyai beberapa arti. Pertama berarti kedok penutup wajah. Kedua berarti teater dan pertunjukan. Ketiga berarti primadona atau penari. Topeng yang dibahas di sini topeng dalam pengertian teater tradisional atau teater rakyat Betawi.

Teater topeng Betawi mulai tumbuh pada awal abad ke-20. Daerah pertumbuhannya di pinggiran Jakarta. Karena tumbuhnya di pinggiran Jakarta, topeng dipengaruhi oleh kesenian Sunda. Saat itu masyarakat mengenal topeng melalui pertunjukan ngamen keliling kampung. Ada yang berpendapat topeng Betawi berasal dari kesenian ubrug. Pendapat itu masih perlu diperdebatkan. Dahulu ubrug dan topeng Betawi hidup secara damai.

Pada awalnya pementasan atau pertunjukan topeng tidak menggunakan panggung. Topeng mengadakan pentas di tanah. Bila perkumpulan topeng mengadakan pementasan, properti yang digunakan hanya colen (lampu minyak) bercabang tiga dan gerobak kostum  diletakkan di tengah arena. Dengan kondisi itu pemain dan penonton tidak dibatasi dengan tirai atau dekor apapun. Pergantian adegan dilakukan dengan mengitari colen.

Awal 1960-an pertunjukan topeng sudah dilakukan di atas panggung. Alat penerangnya bukan lagi colen, tetapi lampu petromaks atau listrik. Di panggung dipasang layar polos ditambah properti lain berupa sebuah meja dengan dua buah kursi.

Pertunjukan topeng diiringi oleh musik yang disebut tabuhan topeng. Tabuhan topeng terdiri dari rebab, kromong tiga, gendang besar, kulanter, kempul, kecrek, dan gong buyung. Lagu yang dimainkan lagu Sunda Gunung namun khas daerah pinggir Jakarta. Nama lagunya antara lain : Kang Aji, Sulamjana, Lambangsari, Enjot-enjotan, Ngelontang, Glenderan, Gojing, Sekoci, Oncom Lele, Buah Kaung, Rembati, Lipet Gandes, Ucing-Ucingan, Gegot, Gapleh, Karantangan, Bombang, dan lain-lain.

Pertunjukan topeng biasanya diadakan sehubungan dengan pesta perkawinan, hitanan, dan nazar. Pertunjukan yang dimaksudkan membayar nazar ditandai dengan upacara ketupat lepas. Ada upacara yang harus dikerjakan sebelum pementasan topeng. Upacara ini bertujuan agar pertunjukan selamat dan agar alam tidak marah yang dapat membinasakan manusia.

Pertunjukan topeng Betawi berjalan semalam suntuk. Pertunjukan dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama pra-lakon. Bagian kedua lakon atau cerita inti. Bagian ketiga Jantuk. Pra-lakon dimulai setelah shalat Isya dengan menampilkan lagu instrumentalia. Instrumentalia ini disebut Arang-Arangan dan Tetalu yang berfungsi mengumpulkan penonton. Setelah instrumentalia dilanjutkan dengan tari Topeng Kedok atau Topeng Tunggal yang dimainkan oleh penari wanita  berbusana gemerlap dan indah. Bodor dimainkan seorang pria dengan busana sederhana namun kelihatan lucu. Pasangan yang kontras ini manari, menyanyi, dan melawak.

Lakon atau cerita inti dimulai hampir tengah malam. Jika lakon yang dibawakan pendek, dalam satu malam dimainkan dua atau tiga lakon. Jika lakon panjang, hanya satu lakon. Lakon panjang antara lain berjudul : Bapak Sarkawi, Jurjana, Mandor Dul Salam, Pendekar Kucing Item, Tuan Tanah Kedaung, Lurah Barni dari Rawa Kalong, Lurah Murja, Rojali Anemer Kodok, Asan Usin, Daan Dain, Waru Doyong, Aki-Aki Ganjen, dan sebagainya. Ciri khas lakon itu mengisahkan tokoh-tokoh yang akrab dan dikenal masyarakat. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa Betawi pinggir atau disebut juga bahasa Betawi Ora.

Setelah lakon inti selesai,bagian penutup dimulai. Bagian ini berisi lakon Bapak Jantuk. Lakon Bapak Jantuk berlangsung sampai datangnya waktu subuh. Lakon Bapak Jantuk dimainkan oleh pemeran Bapak Jantuk, Mak Jantuk, dan anak mereka yang berupa boneka yaitu Si Jantuk. Tokoh lain yaitu mertua Jantuk yang biasanya dimainkan oleh pemusik paling senior sambil tetap duduk. Bapak Jantuk berkedok hitam dengan muka sembab, jidat (dahi) nongnong (menonjol).

Cerita Bapak Jantuk berkisar sekitar Pak Jantuk yang gembira sambil menimang anaknya. Kegembiraan Bapak Jantuk terhenti ketika ia mencari lauk kesukaannya, totok ikan peda, hilang dimakan kucing. Bapak Jantuk marah kepada istrinya, Mak Jantuk. Mak Jantuk tidak menerima perlakuan Bapak Jantuk. Mereka bertengkar. Puncak pertengkaran Bapak Jantuk menceraikan Mak Jantuk.

Hidup sebagai duda membuat Bapak Jantuk sadar. Atas saran mertuanya, Bapak Jantuk mengajak rujuk Mak Jantuk. Mak Jantuk juga bersedia rujuk. Akhirnya keluarga Jantuk rukun kembali.

Inti cerita Bapak Jantuk adalah nasehat berkeluarga. Jangan membesar-besarkan masalah kecil. Jangan terlalu cepat mengambil keputusan yang akhirnya merugikan. Persoalah harus diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Nasehat itu disampaikan dengan sederhana dan penuh humor.

Dalam perkembangannya, topeng tidak lagi main semalam suntuk. Keterbatasan waktu menyebabkan bagian pra-lakon dan bagian Bapak Jantuk tidak dimainkan. Akibatnya saat ini tidak ada seniman topeng yang mampu membawakan tokoh Bapak Jantuk dengan baik. Kondisi ini cukup menghawatirkan bagi kelangsungan hidup Bapak Jantuk.

Tokoh yang pernah mengembangkan teater topeng adalah : Jiun (Cisalak), Kumpul (Pekayon), Kecil (Cijantung). Ronggeng Topeng paling sohor masa lalu adalah Mak Kinang (Cisalak) dan Mak Manih (Gandaria, Pekayon). Mereka diteruskan leh Bokir, Kisam, Dalih, dan lain-lain. Semua tokoh yang disebut itu telah tiada. Penerus Topeng kini berada di pundak generasi ketiga dan keempat Dinasti Cisalak dan Dinasti Tambun, seperti Omas, Mandra, Mastur, Kartini, Entong Kisam, Atin Kisam, Tatang Suhenda, Andy Suhandy, Sunta, Udin, Nomir, dan sebagainya.

Kelahiran topeng blantek belum diketahui dengan pasti. Tetapi tahun 1930-an, Nasir Boyo, pimpinan blantek dari Cijantung, sudah mulai bermain. Menurut SM. Ardan munculnya blantek dari keisengan bocah angon. Bocah angon yang sedang istirahat iseng-iseng main topeng. Sundung (alat tempat membawa rumput) dijadikan pagar pemisah penonton dan pemain. Dalam permainan itu bocah angon mengiringinya dengan tabuhan yang ada di sekitar mereka. Ada yang menabuh kaleng bekas, memukul parang, dan sebagainya. Bunyi pukulan itu blentang blantek. Lahirlah istilah topeng blantek.

Blantek awalnya diakui sebagai teater topeng tingkat pemula. Di kalangan seniman topeng, jika ada pemain topeng yang bermain jelek, diejek dengan menyebutnya sebagai pemain topeng blantek.

Seniman blantek tidak kecil hati. Perkumpulan blantek pun bermunculan, misalnya di Ciseeng, Citayam, Bojong Gede, dan Pondok Rajeg. Pada perkembangannya, blantek memiliki identitas sendiri. Musik pengiringnya rebana biang. Di awal pertunjukan dibawakan lagu-lagu zikir dan shalawat. Kreativitas mereka berkembang dengan menampilkan tari blenggo, pencak silat, dan sulap gedebus. Pertunjukan blantek merupakan campuran antara tari, nyanyi, lawak, dan lakon.

Pertunjukan blantek sangat sederhana dan tanpa dekorasi. Beberapa hal tidak dapat lepas dari pengaruh topeng dan lenong.  Beberapa lakon blantek diambil dari topeng dan lenong. Lakon blantek yang diambil dari lenong antara lain : Udrayaka, Jaka Sondang, Jampang Mayangsari, Si Pitung, Nyai Dasima, dan sebagainya. Lakon yang diambil dari topeng antara lain : Jurjana, Mandor Dul Salam, Tuan Tanah Kedaung, Pendekar Kucing Item, dan sebagainya. Meski begitu ada lakon asli blantek, seperti : Kramat Pondok Rajeg, Kembar Empat, Ahmad Muhammad, dan Prabu Zulkarnaen. Pada pertunjukan semalam suntuk, blantek juga menampilkan lakon Bapak Jantuk.

Perkembangan kesenian blantek tidak menggembirakan. Blantek hanya tumbuh dan berkembang di wilayah sekitar Bogor, khususnya di kampung Bojong Gede, Pondok Rajeg, Citayam, dan Ciseeng. Regenerasi tidak berjalan sebagaimana seharusnya.

Sejak tahun 1950-an aktivitas blantek vakum. Tahun 1976 Pemda DKI Jakarta mulai menggali kembali blantek. Tahun 1979 diadakan lokakarya dan festival blantek. Kegiatan festival blantek dilaksanakan kembali tahun 1994 dan 1997. Festival dimaksudkan untuk regenerasi, dorongan moril, motivasi berkreasi, dan perluasan persebaran blantek. Namun kegiatan-kegiatan itu tidak mencapai target.

Saat ini hanya ada beberapa grup blantek yang bertahan, yakni Blantek Si Barkah (non aktif), Nasir Boyo (non aktif), dan Blantek Nasir Mupid dari kampung Petukangan, Jakarta Selatan. Grup ini pun kurang aktif, lantaran kurang memperoleh apresiasi dari masyarakat, khususnya dari Pemprov DKI Jakarta. Akankah Blantek tenggelam? 

Sumber: kampungbetawi.com

Pilkada di RW 07

Written By Kartun Nol Tujuh on Rabu, 11 Juli 2012 | 22.43

Pondok Labu - Alhamdulillah pelaksanaan pilkada kemarin (11/7) dapat berlansgung dengan aman, damai, tidak ada kerusuhan khususnya di RW 07.

Untuk pilkada tahun ini, di RW 07 setidaknya ada 4 TPS. Melihat antusias warga, walau tidak semua warga menghadiri TPS, menyiratkan bahwa mereka punya harapan. Jakarta mesti ada perubahan.

Secara keseluruhan, pasangan No. 3 diurutan pertama, disusul pasangan No. 1 dan pasangan No. 4. Dikarenakan tidak ada pasangan yang memperoleh lebih dari 50% suara, pilkada akan berlangsing 2 putaran. Rakyat akan memilih lagi pada 20 September 2012 namun hanya untuk 2 pasangan calon saja, yakni Foke-Nara dan Jokowi-Ahok. Semoga Jakarta dipimpin oleh Gubernur yang membawa maslahat bagi masyarakat. Peduli dan cinta rakyatnya.

Foto lainnya :










(Pelaksanaan Pilkada di TPS 53 (RT 007/07))
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. RUKUN WARGA 07 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger